Permainan Gasing di Natuna

gasing mulai dikenal di Natuna sejak 1940-an. Saat itu, Belanda telah berkedudukan di Natuna. Permainan gasing dilakukan anak-anak dan orang dewasa, di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan gasing sendiri dapat dilakukan secara perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi. Hal ini biasanya disesuaikan dengan kebiasaan daerah masing-masing.

Namun sebelum pertandingan berlangsung, biasanya para petanding pergi beramu, mencari kayu untuk membuat gasing kehutan. Kayu yang biasa di pakai untuk membuat gasing adalah kayu Pelawan, kayu Gemeris dan kayu Mentigi. Dan bagian kayu yang dipilih adalah bagian tengah dari kayu tersebut dengan pertimbangan lebih kuat.
Selanjutnya, kayu dipotong dengan ukuran panjang sekitar 20-30 cm. Potongan ini kemudian dijadikan balan, dan dilarik atau dibubut dengan  menggunakan alat manual, yang disebut perindu. Dari sepotong kayu ukuran 20-30 cm itu bisa jadi 2-3 buah gasing jenis tandin, nahan maupun pangkak.

Proses pertandingan pun dimulai dengan memutar gasing tandin yang menggunakan bantuan tiang amban atau tiang untuk lempar gasing tendin. Sampai di tanah, gasing tersebut langsung disekop dengan menggunakan bahan kayu atau triplek tipis, untuk kemudian diletakkan di atas kaca. Inilah saatnya bertanding, sampai akhirnya tersisa sebuah gasing yang terus berputar agak lama. Penilaian dilakukan dengan melihat gasing yang mati lebih awal yang dinyatakan sebagai pihak yang kalah. Pihak yang kalah dihukum dengan memutar gasing nahan untuk dipangkak oleh pemenang tanding.

Description: Permainan Gasing di Natuna, Rating: 4.5, Reviewer: Unknown, ItemReviewed: Permainan Gasing di Natuna